Karena
makanan adalah hak semua orang bukan hak istimewa segelintir orang saja!
Karena
ada cukup makanan untuk semua orang dimana-mana!
Karena
kekurangan bahan makanan pokok adalah bohong!
Karena
disaat kita lapar atau kedinginan kita punya hak untuk mendapatkan apa yang
kita inginkan dengan cara meminta, mengamen, atau menempati bangunan-bangunan
kosong!
Karena
kapitalisme menjadikan makanan sebagai sumber keuntungan, bukan sebagai sumber
nutrisi!
Karena
makanan tumbuh pada tanaman!
Karena
kita butuh lingkungan bukan kendali!
Karena
kita butuh rumah bukan penjara!
Karena
kita butuh makanan bukan bom!
Di berbagai penjuru dunia
saat ini telah terbangun puluhan kelompok-kelompok yang aktivitasnya adalah
membagi-bagikan makanan vegetarian gratis untuk orang-orang miskin dan siapapun
yang tidak mampu membeli makanan. Kelompok-kelompok ini selain mengkampanyekan
sikap anti-kemiskinan mereka, secara lebih jauhnya bertujuan untuk menciptakan
sebuah tatanan masyarakat yang non-kekerasan. Dan walaupun memang banyak
kelompok-kelompok yang melakukan aktivitas tersebut dalam berbagai nama, namun
ada satu organisasi akar-rumput yang sangat konsisten melakukan aktivitas
tersebut dan organisasi ini telah berkembang secara internasional, Food Not
Bombs (FNB).
Sejarah
Bermula dari San Francisco,
FNB dengan aktivitasnya begitu cepat menyebar, dari Amerika Utara, Eropa,
bahkan hingga ke negara-negara Asia seperti Malaysia dan Indonesia (seperti
yang terjadi belakangan ini di beberapa kota). Kebanyakan dari kita benar-benar
percaya bahwa FNB dan strukturnya beserta seluruh tujuannya sangat berkaitan
erat dengan orientasi anarkis. Masalah ideologis ini sendiri pada akhirnya
menjadi elemen formal dari politik FNB dan sebuah statement akan visi yang
diadopsi secara terbuka oleh seluruh grup dan menempatkan aksi-aksi harian ke
dalam konteks politik yang lebih radikal. Statement visi ini meliputi
segalanya, dari dedikasi grup terhadap perjuangan anti-seksis, hingga
pembangunan kebun komunitas dan pembuatan kompos sebagai sebuah aksi yang
langsung menuju sebuah tatanan masyarakat yang seimbang dengan lingkungannya.
Diharapkan tulisan ini akan
membuka diskusi tentang masa depan politis dari FNB dan gerakan-gerakan sejenis
sebagai sebuah gerakan transnasional yang bekerja keras melawan dominasi global
dari korporasi dan kemiskinan dunia. Tulisan ini juga diharapkan dapat membantu
yang lainnya dalam gerakan sosial untuk mengerti aksi-aksi seperti di atas dan
sisi politisnya. Adalah politik radikal yang telah membuat kita, mengisi
aktivitas kita dengan sesuatu yang berarti, yang memberi energi dan vitalitas
kepada usaha-usaha harian. Disaat kita melihat bagaimana aktivitas harian
berkaitan dengan gerakan yang lebih besar demi keadilan sosial dan ekonomi, hal
tersebut membantu memberikan inspirasi dan motivasi yang kita butuhkan untuk
terus mengumpulkan dan membagi-bagikan makanan atau juga bergumul dengan kompos
atau sekedar bangun tidur lebih awal, membuat kopi dan sepotong roti yang kita
miliki untuk kemudian dibagikan kepada mereka yang melakukan pemogokan.
Perubahan sosial yang radikal dibangun dari hari ke hari dengan menyadari bahwa
diri kita adalah bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar dari diri kita
sendiri, akan dapat membantu kita untuk melewati hari-hari dengan aktivitas
yang lebih berguna.
Pembahasan
Adalah sesuatu yang penting
bagi sebuah grup dan gerakan untuk mempunyai pengertian yang luas tentang
dimana posisi kita dan apa visi terbaiknya tentang sebuah dunia idaman.
Membagi-bagikan makanan dengan gratis memiliki beberapa definisi prinsipil yang
sangat jelas dan konteks politis yang lebih luas serta memberi tempat bagi
prinsip-prinsip tersebut sebuah makna dan arti yang lebih dalam.
Anarkis membayangkan dunia
bebas dimana tindakan diambil atas keputusan bersama, dunia yang tanpa
kekerasan. Konsep-konsep itu sendiri cenderung ambigu dan sangat terbuka untuk
diinterpretasikan dengan lebih luas. Saat kita menyadari bahwa dengan
menempatkan prinsip-prinsip kita secara fleksibel dan inklusif, sangatlah baik,
tetapi disaat yang sama sangatlah penting juga untuk menjaga agar ide-ide kita
tidak termoderasi dan terkooptasi. FNB sendiri memiliki tiga prinsip, yang
selain dua prinsip di atas (keputusan bersama dan dunia tanpa kekerasan) mereka
menambahkan satu point lagi, yaitu vegetarianisme. Dan dengan bersikap seperti
di atas tadi, mereka meletakkan prinsip-prinsip mereka ke dalam aksi, dan hal
itulah yang memberi ide-ide mereka sebuah arti dan nilai yang mendalam. FNB
mengkombinasikan ide-ide tersebut dengan prinsip desentralisasi, penguatan
kolektif dan individual, feminisme dan strategi pengorganisiran anti hirarkis.
Dengan ini kita juga harus mulai meniadakan konsep-konsep yang mendefinisikan
aktivitas pembagian makanan gratis sebagai tindakan 'amal'. Pola pikir 'amal'
telah gagal menemukan inti penyebab kelaparan dan kemiskinan, serta cenderung
membantu mendanai sebuah krisis tanpa pernah berusaha menyerang struktur
institusional yang menghasilkan ketidakadilan tersebut. Kita seharusnya lebih
memfokuskan pada penentangan terhadap struktur kekuasaan yang patriarkis,
didominasi kulit putih plus 'budaya barat'nya dan berbagai bentuk dominasi
lainnya -baik dalam masyarakat kita, dalam organisasi kita dan dalam kesadaran
kita sendiri. Ide-ide dan keyakinan seperti itulah yang harus diekspresikan
dalam berbagai pertemuan, dituliskan dalam literatur-literatur dan disuntikkan
ke dalam cara kita mengorganisir kelompok kita sendiri, serta dalam membangun
solidaritas dengan grup, organisasi ataupun perjuangan lain. Ini semua adalah
tentang diri kita, tentang pandangan politis kita yang memiliki visi akan
sebuah dunia yang lebih baik, sebuah dunia yang berusaha kita bangun saat ini.
Dan inilah alasan mengapa pembahasan masalah seperti ini menjadi sangat
penting.
Untuk anarkisme
Fokus pertama soal anarkisme
biasanya berkutat disekitar kesalahpahaman atas pengertian anarkisme yang
diartikan tidak lebih dari chaos dan perusakan. Prof. Howard Zinn, seorang
pendukung FNB mendeskripsikan anarkisme dalam bukunya yang berjudul
"Declaration Of Independent" sebagai berikut: "Anarkis, seperti
yang saya amati dan pelajari, tidaklah percaya pada anarki seperti yang biasa
dideskripsikan oleh banyak orang dan media -kekacauan, disorganisasi, chaos,
kebingungan dan setiap orang bertindak semaunya. Sebagai kontrasnya, mereka
percaya bahwa tatanan masyarakat dapat dan seharusnya terorganisir dalam
berbagai bentuknya dimana orang-orang akan bekerja sama saat bermain dan
bekerja, untuk membangun sebuah tatanan masyarakat yang lebih baik. Tapi
anarkis juga menekankan bahwa setiap organisasi harus menghindari hirarki dan
perintah dari atas; harus demokratis, keputusan bersama, meraih keputusan
tersebut melalui diskusi yang konstan dan berbagi argumen."
Dia juga menambahkan,
"Apa yang membuat saya tertarik dengan anarkisme adalah juga bahwa
penolakannya bersifat total terhadap segala bentuk otoritas-otoritas negara,
gereja dan dalam dunia kerja. Anarkis percaya bahwa jika kita bisa membangun
sebuah tatanan masyarakat egaliter tanpa kemiskinan dan kemakmuran yang jauh
terpisah, kita tak akan membutuhkan polisi, penjara, tentara, ataupun perang,
karena penyebab utama semua masalah tersebut sudah lenyap."
Howard Zinn menulis beberapa
pendahuluan dalam beberapa buku FNB dan secara konsisten terus menentang
serangan polisi dan tindakan brutal dari pemerintah kota terhadap para anggota
FNB di San Francisco. Dalam beberapa artikel di koran-koran tentang kebrutalan
pemerintah kota terhadap FNB, Zinn selalu tercantum di harian tersebut.
Statement yang dia bacakan antara lain berkata, "FNB memprotes sebuah
sistem yang gagal untuk memberi orang-orang kebutuhan dasarnya."
Anarkisme adalah sebuah
gerakan demi sebuah dunia dimana kekerasan rasis, seksis, homofobik, kapitalisme
dan sejenisnya dilenyapkan dari kehidupan kita sehari-hari. Anarkisme adalah
sebuah keyakinan akan terbentuknya sebuah dunia dimana perang dan kemiskinan
tak akan ada lagi. Anarkisme adalah filosofi dan gerakan yang bertujuan
membangun sebuah struktur ko-operasi, egaliter dan struktur sosial yang
mempromosikan mutual-aid, kontrol demokrasi radikal atas keputusan politik dan
ekonomi, serta berwawasan lingkungan. Jadi bagaimana hal-hal seperti di atas
dapat diterapkan secara langsung melalui aksi-aksi FNB?
Anarkisme dan konsensus
Konsensus adalah sebuah
bentuk pengambilan keputusan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip anarkis.
Konsensus adalah sebuah bentuk pengambilan keputusan yang dalam prosesnya
bertujuan untuk membagi kekuatan di antara orang-orang agar semua dapat
berpartisipasi dalam memperkuat dan mengimplementasikan keputusan kolektif.
Konsensus juga bertujuan untuk membangun sebuah organisasi non-hirarkis yang
mengkounter rasisme, seksisme, homofobia dan berbagai bentuk penindasan serta
dominasi yang hanya menguntungkan sebagian orang saja dan memposisikan orang
lain tanpa memiliki kekuatan dan suara. Karena kita bertujuan membangun sebuah
organisasi - dan juga komunitas dan tatanan masyarakat - yang saling berbagi
kekuatan dan memapankan kesetaraan, kita harus terus melawan hirarki. Anarkisme
dan konsensus berjalan beriringan seperti layaknya sop hangat dan roti yang
baru.
Anarkisme dan vegetarianisme
Organisasi-organisasi yang
membagi-bagikan makanan gratis seperti FNB hanya menyediakan makanan vegetarian
sebagai aksi politis melawan industri daging beserta variannya, serta
mempromosikan pendekatan lingkungan, distribusi makanan serta sumber bahan
pangan ke seluruh dunia dengan merata, mempromosikan hidup lebih sehat, serta
mendukung pembebasan hewan.
Komitmen kelompok-kelompok
seperti FNB terhadap isu-isu seperti itu telah membangun koalisi yang kuat
dengan organisasi lingkungan seperti Earth First! dan berbagai macam lainnya
dan juga dengan organisasi-organisasi pembebasan hewan seperti ALF (Animal
Liberation Front). Anarkisme menentang eksploitasi dan dominasi dunia yang
merupakan karakteristik dari ekspansi kapitalisme. Anarkisme bertujuan tidak
hanya mengubah hubungan antar sesama manusia, tetapi juga hubungan antara
manusia dengan bumi dan lingkungannya.
Anarkisme dan sikap tanpa
kekerasan
Banyak orang mulai
memperdebatkan apakah anarkisme dan sikap tanpa kekerasan saling berkaitan.
Sebagian anarkis berpendapat bahwa anarkisme dan sikap tanpa kekerasan tidak
dapat dipisahkan. Untuk membahas masalah di atas mari kita lihat kembali pada
sejarah tentang terjadinya negara. Christopher Day dari Love and Rage
Revolutionary Anarchist Federation menulis, "Negara - yang kita artikan
dengan keberadaan polisi, tentara, penjara, pengadilan, berbagai birokrasi
pemerintah baik legislatif dan eksekutif - adalah alat pengontrol dan penekan
dari yang berkuasa. Negara mempertahankan kekerasan yang legal dan
terorganisir." Lebih lanjut Day menyatakan, "Negara telah selalu
menjadi instrumen perang. Adalah sesuatu yang tak mungkin untuk membentuk
sebuah tatanan masyarakat tanpa peperangan dalam sebuah tatanan masyarakat yang
masih didominasi oleh negara."
Dalam buku FNB yang berjudul
'Feeding The Hungry and Building Community' dijelaskan, "Nama FNB
menyatakan prinsip kami yang paling fundamental; tatanan masyarakat harus
mempromosikan kehidupan bukan kematian. Tatanan masyarakat sudah mentolerir
bahkan mempromosikan kekerasan dan dominasi. Kekuatan penguasa adalah hasil
dari ancaman dan penggunaan kekerasan."
Negara dan bentuk
representasi dari kapitalisme, dominasi dan patriarki, mengkonsentrasikan
kekuatan kepada beberapa orang saja yang secara sistematis mengesampingkan
kekuatan mayoritas umat manusia. Kekerasan yang eksis dalam kehidupan
sehari-hari merupakan hasil dari pengingkaran kekuatan atas hidup seseorang.
Kekerasan terjadi dengan banyak cara, setiap hari, sebagai hasil dari
ketidakaadilan sistem. Baik itu hadir melalui sistem sewa, makanan dengan
pestisida dan label harga yang menyembunyikan penindasan terhadap para
buruhnya, sistem pajak, bekerja pada seseorang yang sudah kaya, malnutrisi,
sweeping polisi terhadap gelandangan, pemaksaan sterilisasi pada perempuan di
negara Dunia Ketiga, pengasingan sosial terhadap orang miskin dan masih banyak
problem lainnya.
Jadi apa hubungan antara
anarkisme dan sikap tanpa kekerasan? Kita harus menelaah kembali sejarah yang
panjang dari gerakan dan perlawanan anarkis yang pernah eksis dan kita akan
menemukan fakta bahwa anarkisme dan perjuangan demi sebuah dunia yang tanpa
kekerasan mempunyai sejarah yang panjang.
Dalam penelitian yang
ditulis tahun 1932 dengan judul 'Native (Born) American Anarchism' yang
mendiskusikan tentang pengaruh Henry David Thoreau yang dikembangkan melalui
pembangkangan sipil, Eunice Schuster menyebut Thoreau sebagai "bukan hanya
anarkis dalam pemikirannya, tapi juga dalam aksinya". Aksi pembangkangan
sipil yang dilakukan Thoreau selama perang Amerika melawan Meksiko telah
memengaruhi banyak teori-teori dan praktik tanpa kekerasan.
Leo Tolstoy juga mengambil
inspirasi dari Thoreau dan mengembangkan ide-idenya sendiri dalam sikap yang
tanpa kekerasan. Robert L. Holmes dalam bukunya yang berjudul 'Non-Violence In
Theory and Practice' menuliskan, "Tolstoy menggabungkan pemahaman agama
Kristen kepada apa yang dia lihat sebagai kesimpulan logis: pengingkaran ini
bukan hanya berasal dari perang yang merupakan kekerasan terorganisir, tetapi
juga dari pemerintah yang merupakan kekerasan institusional, dan hal inilah
yang menimbulkan perang." Dalam kata pengantar dari buku berjudul
'Government Is Violence: Essays on Anarchism and Pacifism' karangan Leo Tolstoy
tertulis, "Tolstoy menyarankan cara pencapaian anarki dengan sesuatu yang
sekarang dikenal sebagai pembangkangan sipil dan aksi langsung tanpa
kekerasan... Tolstoy mengadvokasikan perlawanan moral yang tanpa kompromi
terhadap penguasa."
Gandhi menulis tentang
Tolstoy dalam autobiografinya, "40 tahun yang lalu, ketika saya melewati
masa krisis skeptis dan keraguan yang hebat, saya membaca buku Tolstoy yang
berjudul 'The Kingdom Of God Is Within You' dan sangat terkesan. Saat itu saya
masih percaya dengan kekerasan. Buku itu menyembuhkan sikap skeptis saya dan
membuat saya menjadi seorang yang yakin akan ahimsa (tanpa kekerasan)... dia
adalah tokoh anti kekerasan yang hebat yang lahir di abad ini."
Ide-ide anarkis juga
terinspirasi oleh ide-ide Gandhi tentang bentuk tatanan masyarakat yang
diidam-idamkan. Dalam buku berjudul 'Gandhi Today', Mark Shepard menjelaskan:
"India dapat menjadi kuat dan sehat hanya dengan merevitalisasi desa-desa
dimana empat dari lima orang tinggal, seperti yang dituntut oleh Gandhi. Dia
memimpikan sebuah tatanan masyarakat yang terdiri dari desa-desa yang kuat,
dimana setiap desa memiliki otonomi politik dan ekonomi sendiri. Dalam
kenyataannya Gandhi adalah tokoh terbesar dari desentralisasi di abad ini -
menempatkan kekuatan politik dan ekonomi pada level lokal."
Setelah Gandhi dibunuh,
orang yang dikenal sebagai pewaris spiritual Gandhi, Vinoba Bhave memimpin
beberapa kampanye besar untuk mengklaim kembali tanah bagi kaum miskin. Tahun
1951 Bhave dan banyak buruh dari Sarva Seva Sangh, memulai gerakan Bhoodon
(Hadiah Tanah). Banyak yang menganggap bahwa Bhave adalah orang suci dalam
tradisi Hindu, dan saat dia memulai perjalanan keliling negara untuk menuntut
beberapa akre tanah dari para tuan tanah, dia menerima hadiah berupa tanah yang
kemudian diberikan pada kaum miskin. Satu sepertiga juta akre yang diklaim oleh
kaum miskin (lebih dari sekedar manajemen program Land-Reform yang diusulkan
oleh pemerintah India). Bhave juga terlibat dalam proyek-proyek dan kampanye
lainnya yang mempunyai prinsip revolusi tanpa kekerasan. Bhave adalah seorang
anarkis.
Amerika mempunyai sejarah
panjang tentang anarkisme tanpa kekerasan. Salah satu kelompok pertama yang
tertulis dalam sejarah adalah New England Non-Resistance Society. Mereka
menegaskan bahwa pemerintah, hukuman mati, perang dan ketidakadilan sangat
bertentangan dengan ajaran Kristen. Kelompok tersebut, termasuk didalamnya
William Llyod Garrison, terlibat dalam gerakan abolisionis yang berjuang untuk
mengakhiri perbudakan di Amerika.
Saat Amerika memasuki Perang
Dunia I, anarkis berada di garis depan gerakan anti perang. Tahun 1016, Emma
Goldman, Alexander Berkman dan yang lainnya mengorganisir 'No Conscription
League'. Dengan kelompok tersebut mereka mengorganisir demostrasi, protes dan
march. Mereka mempublikasikan sebuah manifesto yang didalamnya tertulis: "No
Conscription League dibentuk dengan tujuan mendorong para anti wajib militer
untuk menolak berpartisipasi dalam membunuh sesama mereka." Berkman dan
Goldman ditangkap karena dianggap melanggar hukum. Tahun 1918 pemerintah
mengeluarkan undang-undang bernama 'Espionage Act' yang membuat literatur
anti-perang menjadi ilegal, dan undang-undang ini digunakan untuk melawan
sebuah kelompok yang terdiri dari lima orang anarkis termasuk Mollie Steimer.
Kelompok tersebut mendistribusikan koran dengan cara menyelipkan koran-koran
tersebut ke kotak pos di setiap rumah pada malam hari, dan menulis beberapa
leaflet yang isinya menentang UU tersebut. Salah satu dari terdakwa, Jacob
Schwartez, tidak pernah diajukan ke pengadilan. Dia disiksa polisi selama
interogasi dan meninggal saat dibawa ke rumah sakit. Sisa dari kelompok
tersebut dianggap bersalah dan dideportasi ke Russia pada tahun 1921 atas
aktivitas anti-perang mereka.
Selain mereka, masih ada
yang menentang perang, antara lain Dorothy Day. Dia bersama dengan Peter
Maurin, mempelopori gerakan buruh Katolik. Nancy Robert dalam anthologinya
'American Radical' menulis tentang gerakan tersebut, "Mereka mempunyai
rencana yang berdasarkan tiga point yang sesuai dengan nilai-nilai Kristen
untuk melakukan aksi-aksi sosial yang radikal. Maurin memimpikan sebuah
komunitarian, gerakan anarkis yang menawarkan diskusi, forum-forum dan ceramah,
rumah sakit di setiap kota yang memberi makan dan tempat tinggal bagi kaum
miskin dan gelandangan, dan peternakan komunal yang akan menghancurkan tatanan
masyarakat industri dan membentuk unit-unti organik dimana semua orang hidup
dan belajar dalam sebuah komunitas."
Pada akhirnya, sekitar 200
rumah yang dijadikan rumah sakit dibuka di banyak negara khususnya di Amerika
Serikat. Ide yang mendasari berdirinya rumah-rumah tersebut diterangkan oleh
Walter Brueggman sebagai berikut, "perasaan kasihan mengangkat sebuah
bentuk kritik yang radikal dimana mereka yang miskin dan kelaparan harus
diperhatikan dengan serius, kondisi dimana mereka seharusnya tidak dianggap
normal dan alami, tetapi dianggap sebagai kondisi yang tidak manusiawi yang
tidak dapat diterima." Rumah-rumah tersebut dalam struktur masyarakat yang
berorientasi profit bukan hanya merupakan sebuah bentuk perlawanan tetapi juga
merupakan sebuah alternatif. Pada 1 Mei 1933, gerakan buruh Katolik tersebut
menerbitkan koran yang dijual dengan sangat murah. Koran tersebut menjelaskan
kaitan antara perdamaian dan keadilan sosial, serta meliput banyak aksi-aksi
pembangkangan sipil yang dilakukan oleh gerakan buruh Katolik dan berbagai
kelompok buruh radikal lainnya melawan militerisme. Dalam bukunya yang berjudul
'The Spirit of The Sixtiest: The Making of Post-War Radicalism', James Farrell
menulis, "Pasifisme, personalisme dan anarkisme dari gerakan buruh Katolik
menempati halaman pertama koran mereka. Dan koran tersebut mempromosikan sebuah
revolusi dengan ide-idenya." Farrel menulis bahwa dalam beberapa tahun,
sirkulasi koran tersebut mencapai oplah 100.000 eksemplar dan tahun 1938 oplah
mereka mencapai 190.000 eksemplar. Selama Perang Dunia II gerakan buruh Katolik
tersebut dilarang karena sikap pasifis mereka dan beberapa aktifisnya dipukuli
di jalanan saat mendistribusikan korannya.
Selama lebih dari 50 tahun,
Dorothy Day berkomitmen penuh terhadap perdamaian, keadilan sosial dan revolusi
tanpa kekerasan. Pada tahun 1983, uskup Katolik Amerika melihat adanya indikasi
pergeseran sejarah dalam pelajaran tentang perang dan perdamaian saat tertulis
bahwa pasifisme tidak dapat diterima baik secara moral ataupun politik bagi
umat Katolik. Dulu Day bersama dengan Martin Luther King Jr. dikenal sebagai
'saksi tanpa kekerasan' yang memiliki 'pengaruh kuat dalam kehidupan gereja di
Amerika Serikat'.
Dorothy Day yang selalu
dijuluki 'Head Anarch' oleh editor koran gerakan buruh Katolik, dijuluki juga
sebagai 'First Lady of American Catholism' dan beberapa malah memberi petisi
kepada Vatikan agar mendeklarasikan dia sebagai seorang Santa. Anarkisme
menurut Day adalah, "Ditingkatkannya tanggung jawab seseorang kepada orang
lain, dari individu kepada komunitas, dan disaat yang sama mengurangi
ketergantungan terhadap sentralisme negara."
Salah satu dari gerakan yang
memiliki pengaruh besar dalam sejarah Amerika Serikat adalah gerakan Civil
Rights. Satu dari grup-grup kunci gerakan tersebut adalah Student Non-Violent
Coordinating Committee (SNCC). Kelompok tersebut lahir dari gerakan 'aksi
duduk' yang pernah sempat populer di daerah selatan pada tahun 1060 dalam aksi
protes menentang sistem Apartheid dari 'Jim Crow Laws'. Saat SNCC tidak pernah
secara formal mendeklarasikan diri mereka sebagai sebuah grup anarkis, struktur
organisasi mereka bermodelkan anti-otoritarian, desentralisasikan dan demokrasi
serta mereka menggunakan aksi langsung dalam perjuangan mereka bagi masyarakat
egaliter. SNCC memainkan sebuah peran penting dalam aksi "Freedom
Rides", sebuah kampanye 1964 "Freedom Summer", yang merupakan
sebuah formasi dari partai politik 'Mississippi Freedom Democratic Party' yang
menentang rasisme dalam tubuh partai demokratik. Mereka telah meninggalkan
sebuah ide dari aktivisme dan pengorganisiran radikal yang penting bagi
siapapun yang berjuang demi perubahan sosial saat ini. Pola gerak mereka
seperti pembangunan komunitas merupakan taktik aksi langsung tanpa kekerasan
yang banyak digunakan oleh kelompok-kelompok seperti FNB.
Ella Baker adalah salah
seorang yang menolong membentuk SNCC. Dia adalah seorang organisator selama
bertahun-tahun dalam partai komunis NAACP dan membantu membangun 'Southern
Christian Leadership Conference' dimana Martin Luther King Jr. terpilih sebagai
presidennya. Baker yakin akan dibutuhkannya aksi-aksi langsung dan demokrasi
partisipatoris dalam membentuk sebuah perubahan sosial. Dia juga yakin bahwa
sebuah grup yang sukses harus menerapkan pola kepemimpinan yang datang dari
grup itu sendiri, bukannya kepemimpinan yang datang dari seorang pemimpin:
orang yang kuat tidak membutuhkan pemimpin yang kuat. Dalam bukunya yang
berjudul: "Women In The Civil Rights Movement": Trailblazers dan
Torchbearers, Carol Mueller menampilkan sebuah bab tentang Ella Baker dan
pengembangan demokrasi partisipatoris. Mueller mengidentifikasikan ide-ide
Baker tentang demokrasi partisipatoris sebagai berikut:
- Seruan bagi orang-orang yang
bergerak di level akar rumput dalam masyarakat dimana mereka memiliki kontrol
atas diri mereka sendiri.
- Meminimalisir hirarki dan
profesionalisme yang selalu menjadi dasar bagi masalah kepemimpinan.
- Sebuah seruan akan perlunya
aksi langsung sebagai sebuah jawaban atas ketakutan dan alienasi yang eksis
dalam masyarakat. Eksperimentasi dari demokrasi partisipatoris dalam SNCC
dipengaruhi oleh gerakan sosial yang sangat luas. Mueller juga menulis:
"Demokrasi partisipatoris dan pengambilan keputusan secara konsensus
dilakukan dari proyek pendaftaran pemilih bagi SNCC di Mississippi dan Georgia
hingga proyek SDS (Student for a Democratic Society) yang berkembang di daerah
kumuh kota-kota daerah utara pada pertengahan tahun 60-an, hingga kelompok
kepedulian pembebasan perempuan pada akhir tahun 1960 dan awal 1970-an, hingga
group-group afinity yang tergabung dalam gerakan anti-nuklir di akhir 1970-an
dan awal 1980-an".
Anarkisme dan sebuah dunia
tanpa kekerasan bukan hanya saling berkaitan tapi juga tidak dapat dipisahkan.
Saat bagian ini didiskusikan dengan melihat berbagai contoh dari sejarah yang
harus di klaim kembali dan di ingat bahwa contoh-contoh tersebut telah
menawarkan kita inspirasi dalam perjuangan demi sebuah tatanan dunia baru saat
ini. Tidak seharusnya kita mengesampingkan berbagai gerakan yang diwarnai
dengan kekerasan dalam sejarah anarkisme, tapi selama ini taktik pasifis
tertutupi oleh contoh-contoh aksi revolusioner yang penuh kekerasan. Lebih
jauhnya lagi aksi-aksi dengan kekerasan harus dilihat dan diletakkan dalam
konteks situasi dan waktu sehingga kita dapat mengerti kaitan gerakan tersebut
dengan perlawanan terhadap institusi sistem yang penuh kekerasan. Kita tidak
akan pernah menemukan perdamaian selama kekuatan tiap orang dipisahkan dari
hidup mereka.
Tetapi anarkisme sangat
tidak populer dan selalu di salah artikan. Ya. Hal tersebut memang tidak
populer dan selalu di salah artikan, tetapi dengan tetap diam dan tidak mau
menyatakan keyakinan akan politik yang kita miliki tidak akan menghasilkan
apa-apa selain hanya memperkuat struktur sistem saat ini. Saat orang-orang
menentang perbudakan, saat orang-orang menuntut persamaan bagi perempuan dan
kulit berwarna, saat orang-orang mengorganisir diri mereka menentang perang,
saat orang-orang berjuang untuk upah dan kondisi kerja yang lebih baik, saat
orang-orang mulai berdiri mempertahankan hak-hak mereka yang ditindas,
diserang, dipenjarakan, dan bahkan dibunuh, saat itulah kekuatan itu kembali
pada diri kita.
Dalam bukunya yang berjudul
Anarchism and Black Revolution, Lorenzo Ervin menulis: "Sebagai sebuah
bentuk praktik, anarkis-komunis percaya bahwa kita harus membangun tatanan
masyarakat baru saat ini juga di samping terus berusaha untuk menghancurkan kapitalisme.
Kita harus terus berusaha menciptakan organisasi-organisasi saling bantu
anti-otoritarian untuk makanan, pakaian, perumahan, pengumpulan dana bagi
proyek komunitas, dan sebagainya di antara lingkungan bertetangga kita tanpa
perlu berafiliasi dengan pemerintah atau korporasi bisnis, dan tidak
menjalankannya dengan tujuan meraih laba, melainkan demi kebutuhan sosial.
Beberapa organisasi telah terbangun saat ini dan memberikan kepada
anggota-anggotanya pengalaman praktik manajemen diri yang akan mengurangi ketergantungan
orang-orang pada sistem. Pendeknya kita dapat mulai membangun infrastruktur
bagi masyarakat komunal, sehingga orang-orang dapat melihat apa yang mereka
perjuangkan dan untuk apa, bukan hanya sekedar ide di kepala seseorang. Dan
itulah jalan menuju kebebasan".
Kita dapat membuat ide-ide
ko-operasi, saling menolong, solidaritas, egalitarianisme dan tatanan
masyarakat tanpa kekerasan menjadi popular, tapi hanya melalui aksi yang kita
lakukan dan politik yang kita terapkan yaitu politik dalam kehidupan
sehari-hari. Politik yang dekat dengan realita dalam kehidupan yang dijalani
oleh masyarakat, karena semakin jauh politik kita dengan yang kita hadapi
sehari-hari maka semakin tidak dapat dimengerti dan tidak berhubungannya
politik tersebut dengan hidup kita.
Salah satu cara menerapkan
politik radikal dalam tatanan masyarakat di mana masih terdapat banyak sekali
kemiskinan dan kelaparan, adalah dengan menyediakan makanan gratis.
Sumber/Dikutip dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Food_Not_Bombs, Hari Rabu, Tanggal 20 November 2013, Jam : 15.26 WIB