Tak ada yang tahu pasti
kapan dan di mana munculnya budaya punk pertama kali. Tapi ada sebuah catatan
penting ketika sebuah grup band dari Inggris yang dalam tiap pertunjukannya
selalu dihadiri anak-anak muda dengan dandanan berbeda dari yang lain. Nama
band itu adalah Sex Pistols dan hit mereka yang terkenal adalah “Anarchy in
U.K.” Wabah ini secara cepat menyebar ke Eropa.
Punk muncul sebagai
bentuk reaksi masyarakat yang kondisi perekonomiannya lemah dan pengangguran di
pinggiran kota-kota Inggris, terutama kelompok anak muda, terhadap kondisi
keterpurukan ekonomi sekitar tahun 1976-1977. Kelompok remaja dan kaum muda ini
merasa bahwa sistem monarkilah yang menindas mereka. Dari sini muncul sikap
resistensi terhadap sistem monarki. Kemarahan-kemarahan ini diwujudkan dalam
bentuk musik yang berisi lirik-lirik perlawanan dan protes sosial politik serta
cara berpakaian yang tidak lazim. Konser-konser musik digelar sebagai media
untuk mengampanyekan ide-ide mereka. Pada dasarnya Punk memilik arti adalah Public United Not Kingdom
Dari Rock n’ roll ke
Punk
Punk sebetulnya
memiliki dasar sikap yang sama dengan musik rock n’ roll, aliran musik yang
lahir pada tahun 1955. Dulu, rock n’ roll itu menjadi musik milik generasi muda
yang ingin memberontak terhadap kemapanan, sehingga dijauhi dan tidak disukai
para orang tua. Tapi saat rock mulai kehilangan gereget dan dianggap monoton,
mulailah ada kasak-kusuk untuk menciptakan jenis musik baru yang ekstrem
sebagai reaksi melawan kejenuhan tadi. Dari keresahan itulah aliran punk lahir.
Tidak seperti aliran
musik lainnya, punk lebih mengutamakan pelampiasan energi dan curhat ketimbang
aspek teknis bermain musik. Para pencinta punk berprinsip bahwa tidak perlu
jago bermain musik, yang penting penampilan oke dan yang namanya unek-unek harus
bisa dikeluarkan. Dan memang, buktinya, almarhum Sid Vicious dari Sex Pistols
tidak jago bermain bass. Meski demikian, orang-orang tidak memandangnya dengan
remeh dia. Malah justru Sid banyak digandrungi para pencinta punk.
Pada tahun 1964,
terjadi serbuan besar-besaran grup asal Inggris ke Amerika. Dan yang menjadi
“biang keladinya” adalah The Beatles. Melihat trend baru itu, remaja Amerika
pun sadar bahwa sebuah grup sanggup mengerjakan semuanya sendiri. Maka di
berbagai pelosok Amerika, anak-anak sekolah pun mulai membentuk band dan
latihan di garasi rumah mereka sendiri. Karena mereka baru belajar, musiknya
pun tidak yang susah-susah. Mereka cenderung belajar dari grup-grup yang
alirannya simple tapi nge-rock, macam Rolling Stones, The Whom atau Yardbirs,
yang musiknya lebih menitikberatkan pada riff dan power, bukan struktur lagu
yang njelimet.
Maka ketika mereka pada
gilirannya mulai menulis lagu sendiri, musik mereka mempunyai ciri khas
sederhana tapi “kencang” atau “ber-power”, biasanya dengan satu riff gitar yang
di ulang-ulang. Tapi meski bentuknya masih “primitif”, musik yang mereka
ciptakan mampu menggugah semangat pendengar. Sesuai dengan tempat kelahirannya,
orang memberi julukan untuk warna musik ini: Garage Rock. Grup-grup yang lahir
contohnya The Standells, The Seeds, The Music Machine, The Leaves, dan
lain-lain. Dan dari sini lahirlah sound yang selanjutnya berkembang jadi punk
rock.
Dari Iggy hingga
Ramones
Punk selanjutnya
berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri
musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The Beatles, Rolling
Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik
tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih
mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk
menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum
jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat,
pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.
Akibatnya punk dicap
sebagai musik rock n’ roll aliran kiri, sehingga sering tidak mendapat
kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman pun
enggan mengorbitkan mereka.
Memasuki dekade 70-an,
punk mulai menemukan bentuknya seperti yang kita kenal sekarang. Ciri
pemberontakannya makin kentara, dan segala rupa aksi panggung yang ugal-ugalan
pun mulai muncul. Dari generasi pelopor punk ini ada dua nama yang boleh
disebut paling menonjol yaitu MC 5 dan Iggy and The Stooges.
![]() |
MC 5 |
Iggy adalah salah satu
dari segelintir pentolan punk yang kiprahnya masih berlanjut sampai dasawarsa
90-an. Dan seiring dengan lahirnya generasi baru punk rock, namanya pun makin
diakui sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam musik rock pada umumnya,
dan punk pada khususnya.
Tahun 1975 lahirlah
beberapa grup musik baru seperti Blondie yang ngepop, Talking Heads yang avant
garde, The Voidoids yang berkutat dengan gitar, dan Dead Boys yang
nyeleneh. Dan ada The Ramones. Ramones punya citra seperti tokoh kartun. Empat
anak jalanan asal Queens yang tampil gahar dengan jaket kulit dan jeans belel,
seperti geng. Gerombolan ini memancang mitos bahwa mereka satu keluarga. Pada
tanggal 4 Juli 1976, Ramones mengadakan konser perdananya di Inggris. Entah itu
tanggal keramat atau apa, konser mereka meninggalkan bekas yang dalam diri kaum
muda Inggris yang menyaksikannya. Konser itu disaksikan oleh para pentolan grup
yang belakangan memotori kebangkitan punk di Inggris, yaitu Sex Pistols, The Damned, dan The Clash.
Dari Sex Pistols hingga
Green Day
Sex Pistols dan The
Clash memasukkan aspek baru dalam perkembangan punk, yaitu protes sosial dan
politik. Kedua grup ini menjadi penyambung lidah kaum muda Inggris yang
frustrasi. Mulailah mereka menyuarakan protes terhadap segala ketidakadilan
yang mereka lihat sehari-hari. Cuma saja pendekatan mereka berbeda, sesuai
dengan latar belakang kehidupan masing-masing.
Di tahun 1980-an, di
saat era punk di Inggris datang dan pergi, di berbagai penjuru dunia mulai
muncul berbagai macam band beraliran punk dan belakangan menjadi legenda
setempat. Di Irlandia, misalnya, ada grup The Understones. Di Australia ada The
Saints. Dan di Selandia Baru ada The Clean.
Di Amerika gelombang
terbaru pemusik punk AS bukan berasal dari New York, melainkan dari California.
Generasi ini mendapat pengaruh yang sama besar dari The Ramones dan Sex
Pistols. Tapi agak lain dengan kedua mentornya itu, mereka sangat serius
menghayati prinsip-prinsip dasar punk. Bagi mereka punk bukan sekadar aliran
musik, melainkan juga identitas, gaya hidup, bahkan juga gaya hidup bahkan
prinsip.
Di selatan LA, tepatnya
di Hermosa Beach, sebuah kelompok punk metal baru bernama Black Flag
bela-belain menyewa gereja sebagai tempat latihan mereka. Tempat ini
selanjutnya menjadi pusat kegiatan pencinta punk setempat. Grup-grup yang lahir
di sana The Circle Jerk, Social Distortion, dan Suicidal Tendencies, dan
lain-lain. Mereka lebih berhaluan keras. Penampilannya lebih brutal dan
liriknya lebih radikal.
Sementara di San
Francisco aliran punk lebih berpolitik. Di sana muncul nama-nama macam The
Avengers, The Dils, dan yang paling dominan The Dead Kennedys. Grup yang
terakhir disebut tadi melancarkan protes keras terhadap berbagai hal, mulai
dari kebijaksanaan pemerintah sampai fasisme. Musik mereka berada di perbatasan
antara punk yang melodius dan hardcore murni.
New York juga
melahirkan grup-grup yang belakangan memperkaya khazanah musiknya dengan unsur
lain, seperti Beasty Boys dan Sonic Youth. Dan ada juga The Misfits, yang
mengungsi dari New Jersey.
Pada akhir tahun 1980-an benih kebangkitan
generasi kedua mulai ditanam di LA. Dulu, awal dasawarsa ini, di San Fernando
pernah berdiri sebuah grup band bernama Bad Religion. Bad Religion memiliki
personelnya yang rata-rata sangat intelek. Saking inteleknya, lagu mereka
sering memakai kata-kata yang membuat orang Amerika harus membuka kamus. Bad
Religion merupakan band yang memelopori berdirinya generasi baru grup-grup punk
California. Sebut saja macam Dag Nasty, Pennywise, NOFX, dan belakangan tentu
saja Rancid, Offspring, serta Green Day
Punk dan Gaya Hidup
Punk dapat
dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir
para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu
dandanan nyeleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup,
memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para performer
berkualitas rendah, dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara drastis
kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini
satu hal, bahwa hebohnya penampilan harus disertai dengan hebohnya pemikiran.
Banyak yang
menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah
terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli
oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang
berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk lebih terkenal
dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan,
seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut
dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike,
jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, antikemapanan, antisosial,
kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak
yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk
disebut sebagai punker.
Punk juga merupakan
sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan DIY atau
do it yourself. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat
melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan
hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.
Punk dan Anarkisme
Kegagalan Reaganomic
dan kekalahan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam di tahun 1980-an turut
memanaskan suhu dunia punk pada saat itu. Band-band punk gelombang kedua
(1980-1984), seperti Crass, Conflict, dan Discharge dari Inggris, The Ex dan
BGK dari Belanda, MDC dan Dead Kennedys dari Amerika telah mengubah kaum punk
menjadi pemendam jiwa pemberontak (rebellious thinkers) daripada sekadar pemuja
rock n’ roll. Ideologi anarkisme yang pernah diusung oleh band-band punk
gelombang pertama (1972-1978), antara lain Sex Pistols dan The Clash, dipandang
sebagai satu-satunya pilihan bagi mereka yang sudah kehilangan kepercayaan
terhadap otoritas negara, masyarakat, maupun industri musik
Kaum punk memaknai
anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian
hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari masyarakat maupun
perusahaan rekaman, karena mereka bisa menciptakan sendiri aturan hidup dan
perusahaan rekaman sesuai keinginan mereka.
Keterlibatan kaum punk
dalam ideologi anarkisme ini akhirnya memberikan warna baru dalam ideologi
anarkisme itu sendiri, karena punk memiliki ke-khasan tersendiri dalam
gerakannya. Gerakan punk yang mengusung anarkisme sebagai ideologi lazim
disebut dengan gerakan Anarko-punk. Dari tahun ke tahun, musik punk terus
mengalami perubahan bentuk. Yang tidak berubah adalah semangat pemberontakannya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------